Jumat, 04 September 2009

Hobby Menuduh
Ditulis oleh Lion AL
Thursday, 03 September 2009
zwani.com myspace graphic comments
Sebagian orang sangat gemar menuduh orang lain Tapi ketika ditantang untuk membuktikan tuduhannya, maka dia tidak dapat membuktikan satupun dari tuduhannya. Tentu saja, mereka semua mengaku memiliki bukti-bukti atas semua tuduhan yang mereka lakukan. Hanya saja, semua bukti itu harus diterima begitu saja oleh semua pihak tanpa memberi kesempatan kepada tertuduh untuk melakukan pembelaan diri. Mereka berkata :
tidak perlu membela diri lagi, semua bukti sudah jelas
6.gif8.gif
Ini namanya menutup argumen, menutup jalanya diskusi, dan memvonis. Kata mereka, ini bukanlah vonis. Tapi menurut saya, kalau tuduhan sudah dikemukakanm walaupun dalam gaya bahasa sindiran dan kesempatan membela diri ditutup, itu artinya memvonis.

Sebagian usaha pembuktian tuduhan-tuduhan tersebut berakhir dengan sebuah pengakuansebenarnya aku tidak tahu" atau "aku hanya mengira", atau
“aku hanya mengingatkan yang lain untuk waspada, jangan-jangan anda "hobby menuduh”.
Kata-kata ini keluar setelah dirinya sadar tidak memiliki bukti apapun atas tuduhannya selama ini. Ini yang disebut dangan argumentasi ngeles. Anehnya, sesudah pengakuannya seperitu mereka kembali berkata, “aku punya bukti yang kuat atas tuduhanku.” Dan diskusi akan kembali ke belakang.
061.gif
Sebagian lawan diskusi yang gemar menuduh tidak membeirkan kesempatan kepada tertuduh untuk membela diri, maka tuduhan-tuduhan mereka yang penuh ad hominem itu dengan mudah mengundang rasa percaya dari orang lain. Apalagi bila bukti selalu diambil dari sesuatu yang tekstual. Seseorang dapat mengambil kutipan tulisan yang berbunyi,
“Sesungguhnya aku adalah orang yang HOBBY MENUDUH”.
Sehingga orang-orang percaya kalau orang itu " berkata benar". Padahal bisa jadi arti “berkata benar” di situ memiliki arti lain, atau karena kutipan sebagian, yaitu tanpa melihat seluruh teks-nya, yang sebenarnya orang itu berkata berkata,
“Orang yang ASBUN = Asal Bunyi "
Sebagian dari mereka suka melancarkan suatu tuduhan semisal Kamu berubah, Kamu Bohong, Alasan Kamu Saja dll, walaupun dalam suatu gaya bahasa semacam gaya bahasa perbandingan. Fitnah yang dilakukan melalui unsur gaya bahasa ini merupakan fitnahan yang efektif. Karena apabila dimintai pertanggung jawaban atas tuduhannya itu, maka dengan mudah mengelak. Semacam gaya bahasa sindiran, yang sebenarnya bisa merupakan tuduhan halus pada seseorang. Gaya bahasa yang sering digunakan adalah Alusio, Elipsis, dan Sarkasme yang diperkuat dengan berbagai fallacy seperti fallacy of Quantity, Quality, appeals to authority, irrelevant conclution, circular argument, many Question, Gileterering Generalities, APP, dll. Memperhatikan unsur-unsur gaya bahasa dan fallacius bisa menambah kejernihan dalam diskusi.

Bagi sebagian orang, diskusi bukanlah sarana untuk bertukar pikiran, melainkan sarana untuk memaksa pikiran orang lain agar seturut dengan pemikirannya sendiri. Bagi sebagian orang, diskusi adalah ajang untuk menilai orang-orang. Orang-orang dikategorikan ke dalam kotak-kotak kategori yang tidak menyenangkan. Dan orang lain tidak diberi kesempatan untuk menyuarakan kata “tidak setuju”.

Menghadapi orang yang gemar menuduh tersebut, saya mencoba untuk tetap tenang, sabar dan tetap bersifat lembut. Tapi sikap inipun menjadi ajang tuduhan. Kata mereka, sikap lembut saya adalah sebuah tipu muslihat yang lebih berbahaya. Mereka mendesak saya ke suatu kondisi dilemma. Jika bersikap kasar, maka akan dianggap MAU MENANG SENDIRI ATAU EGOIS ATAU KASAR BANGET.
Kalau bersikap lembut, akan dikatakan pula melakukan tipu muslihat / penipu.
.... Tapi saya harus tetap melanjutkan hidup ini yang begitu indah dengan atau tanpa Tuduhan karena memang saya tidak sempurna.............
...so... maafkan diri ini yang tidak sempurna
345.gif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

THANKS FOR ATTENTION