Sabtu, 09 Mei 2009

Bunda, Kau Memang Legenda
Ditulis oleh feelyne
Thursday, 07 May 2009

...ingin kuceritakan padamu beberapa peristiwa yang belum pernah kusampaikan padamu. Sejak lama aku menyimpannya dalam hati dan ingatanku. Selalu saja aku tergoda untuk menyampaikannya. Ada saja hambatan moral yang kurasakan, tanpa sebab-sebab yang jelas. Mungkin sekedar budaya timur yang tidak terbiasa mengungkapkan isi hati secara terbuka. Tapi kali ini, rasanya aku seperti terdesak harus menyampaikannya, bahkan menuliskannya sebagai catatan kecil ini.

Aku ingin kembali kau timang, duduk dipangkuanmu sambil merapatkan kepalaku didadamu yang memberi rasa aman dan nyaman. Bahkan sesekali aku ingin merengek seperti masa kecilku dulu. Tidak ada tempat lain yang lebih sejuk darimu, bunda. Kau sendiri seringkali, sambil tersenyum-senyum menceriterakan kembali bagaimana elusanmu pada ubun-ubunku,cukup membahagiakanku.

Sungguh bunda,...tapak kakimu adalah sorga bagiku. Dalam pandanganku engkaulah ibu, yang dimaksudkan sebagai ibu, dalam arti kata yang sesungguhnya. Dimana aku tidak merasa malu atau enggan bahkan bila engkau melihat cacat dan kelemahanku. Dihadapanmu aku tidak bisa lain, kecuali sebagaimana adanya. Bagaimana tidak !? Engkaulah orang pertama kali yang menutupi auratku dengan pelukanmu sejak aku kau lahirkan dulu. Engkau bahkan telah mengenal tingkah polahku sejak dalam rahimmu.

Setelah Tuhan YM Kuasa, engkaulah yang paling mengenal diriku. Sekarang, aku seperti butuh dimanja. Begitulah kira-kira perasaanku saat ini. Agaknya bila kini aku tak tahan untuk menyimpan ceriteraku lebih lama, sebenarnya itulah bentuk kemanjaanku yang baru.

Begini bunda,... saat kuantar anakku masuk sekolah tk untuk pertama kalinya, kulihat dia, anakku, berbaris bersama murid-murid baru yang lain. Sebentar-sebentar ia menengok padaku. Tampak diwajahnya kekhawatiran, takut kalau-kalau aku tiba-tiba pergi meninggalkannya. Kau tahu bunda, apa yang kurasakan saat itu ?
Hatiku menjerit, ingin rasanya berteriak agar ia mendengar dan yakin, bahwa aku ayahnya, tak kan pernah meninggalkannya dalam keadaan apapun. Saat itulah, aku mulai bisa sedikit merasakan, begitulah kira-kira perasaanmu dua puluh delapan tahun yang lalu, ketika engkau melakukannya untukku.

Tiba-tiba saja aku teringat kembali, beberapa peristiwa yang sangat berpengaruh dalam hidupku, sehubungan dengan ke-ibu-anmu, wahai bunda. Mungkin kau lupa bunda, karena betapa banyaknya yang telah kau lakukan untuk kami. Juga karena engkau melakukannya memang bukan untuk di-ingat-ingat. Bila kau ingat juga, itu pasti karena sejarahku yang melekat tak terpisahkan dengan perjalanan hidupmu.

Seperti merawatku dikala bayi. Penuh kasih sayang, tulus, tanpa mengeluh, sendirian tanpa ada yang menemani. Sementara bila aku terlelap tidur, engkau memandangiku penuh kebahagiaan dalam keletihanmu. Sering kali aku menangis setiap kali mengingatnya kembali...

Ketika kita berdoa bersama, hanya kaulah saat itu yang bisa menghibur dan memberi semangat hidup padaku. Aku ingat, sambil membelai punggungku kau besarkan hatiku dan meyakinkanku : "Percayalah nak, . Apa yang terbaik bagimu itulah yang komohonkan dalam doa-doaku.."

Thanks For the AddThanks

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

THANKS FOR ATTENTION