Selasa, 16 Juni 2009

SETIA PADA JANJI
Ditulis oleh Feelyne hSmm
Tuesday, 16 June 2009

BANYAK ORANG MENIKAH DENGAN KESEDIAAN MENGHADAPI SEGALA KEADAAN, TETAPI TIDAK UNTUK SELAMANYA
Yuli, anak perempuan saya yang berusia 10 tahun senang mengajukan pertanyaan-pertanyaan sulit. Ketika berumur 5 tahun ia mengajukan pertanyaan yang sungguh-sungguh sulit sewaktu istri saya, Sue, sedang menidurkannya. Ia bertanya, "Ibu, apakah ibu dan ayah suatu saat akan berpisah?"

Bagaimana kita menanggapi pertanyaan seperti ini? Apakah kita menjawab tidak tahu? Tidak berani memastikan apakah kita dan suami atau istri kita akan selalu bersama? Apakah kita mengatakan bahwa bukan saatnya membicarakan hal itu? Apakah kita menjelaskan bahwa banyak orang bercerai, tetapi hal itu tidak perlu dicemaskan? Istri saya memegang tangan Yuli dan berkata, "Sayang, ibu dan ayah tidak akan pernah berpisah." Tak lama kemudian ia tertidur, dan merasa aman.

Jawaban itu mungkin merupakan jawaban yang terlalu yakin pada zaman di mana orang mudah bercerai ini. Tetapi sesungguhnya tidak demikian. Jawaban itu tidak berbeda dengan sumpah yang kita ikrarkan pada hari perkawinan, ketika di hadapan Tuhan, kita membuat perjanjian untuk tetap bersama "sampai mati".

Maleakhi menulis tentang perjanjian nikah. Ia menyatakan bahwa Tuhan telah merancang perkawinan sebagai suatu ikatan spiritual yang tak terpisahkan, yang dipersatukan dengan kesetiaan total dan kebersamaan yang penuh kasih (2:14,15).

Sudahkah Allah memberi kita seorang teman hidup? Apa yang kita lakukan untuk menjaga perjanjian nikah kita tetap aman? --(JDB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

THANKS FOR ATTENTION